Cerita Tentang Ibadah Kurban

Hari ini ijinkan saya bercerita tentang pengalaman melaksanakan ibadah kurban beberapa tahun yang lalu. Cerita ini dimulai saat saya masih berprofesi sebagai pendidik di salah satu sekolah swasta Islam.

Saat itu merupakan tahun ke dua saya menjajaki dunia kerja yang sebelumnya di bidang desain grafis dan website. Nanti saya akan menceritakan di kesempatan lain lebih detil tentang pengalaman saya mencoba beberapa jenis pekerjaan dan hikmah dibaliknya.

Kembali saat saya menjadi guru SD, bertepatan bulan pertama saya bekerja dan menjelang masuk bulan Dzulhijjah. Ditandai dengan beberapa tetangga yang mengadakan acara syukuran sebelum berangkat ke tanah suci.

Saat itu, terbersit keinginan saya untuk bisa berkurban. Apalagi saat memberikan pelajaran di kelas, sempat saya menyinggung persiapan Idul Adha dan hikmah ibadah kurban kepada anak-anak.

Saya merenungkannya setelah berbicara panjang lebar tentang hikmah ibadah kurban, tapi saat itu malah saya belum melaksanakannya. Akhirnya saat itu saya mencoba mencari-cari informasi mengenai berapa biaya yang diperlukan untuk menunaikan kurban kambing maupun sapi.

Mengingat saat itu gaji saya tidak lebih dari satu juta lebih sekian ratus ribu, tentu perlu setidaknya menyisihkan 2 bulan.

Ada perasaan khawatir dan was-was jika sampai waktunya berkurban uang tersebut tidak terkumpul. Kemudian, niat tersebut sempat saya ceritakan ke ibu saya, lalu beliau bertanya mau kurban dimana?

Saat itu, saya hanya berpandangan kalau kurban cukup di dekat rumah. Saya mencari kambing atau cukup meminta bantuan panita kurban di Masjid dekat rumah saya.

Lalu, saya balik bertanya biasanya Bapak kurban dimana? Ibu saya berkata jika Bapak lebih sering kurban di Blora, kampung kelahiran Bapak dan Ibu saya. Menurut Bapak, orang-orang disana jauh lebih membutuhkan daging hewan kurban sebab banyak masyarakat di desa serba kekurangan.

Saya pun mulai berpikir serupa, alangkah bermanfaatnya jika daging hewan kurban bisa diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan dibandingkan di tempat saya sekarang yang boleh dikatakan warganya sudah cukup makmur dan sejahtera.

Saat itu, untuk berkurban memerlukan usaha yang cukup besar. Tidak jarang perlu mencari pemasok hewan kurban, jika memang ingin bisa memilih langsung hewan kurban. Konsep tabungan kurban atau penyaluran hewan kurban ada sebagian dilakukan oleh LAZ, namun belum semasif sekarang.

Akhirnya dana terkumpul 2 minggu sebelum pelaksanaan penyembeliha hewan kurban dilakukan dan saya menitipkan dana tersebut ke saudara yang ada di kampung untuk bisa dibelikan kambing dan disembelih.

Saat ini ada berbagai cara untuk bisa ikut berkurban, apalagi dengan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat dan cepat. Jika anda tertarik ingin berkurban dan menginginkan penyaluran daging hewan kurban tersebut disebar ke daerah yang masyarakatnya membutuhkan bisa mencoba di tautan ini.

Menurut saya, cara terbaik bersyukur atas rezeki yang telah dititipkan Allah SWT kepada kita adalah dengan berbagi kepada sesama. Salah satunya dengan ibadah berkurban ini, kita setidaknya berbagi kesempatan untuk menikmati daging sapi atau kambing yang tidak bisa mereka dapatkan dengan mudah.

Selain itu, ibadah kurban ini sebagai bukti kita menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS saat mengurbankan putranya yang Allah SWT gantikan dengan seekor domba.

0

Share on:

Leave a Comment

Item added to cart.
0 items - Rp0