ULAS BUKU – Why Training Fails (Part 1)

Bang Ridlo

Assalamu’alaikum man-teman, kita mulai ulas buku yang baru saja saya selesaikan membaca beberapa hari yang lalu. Buku yang menurut saya cukup menarik, karena jika dilihat dari bentuk dan kemasannya. Ini buku termasuk textbook, semacam buku referensi seperti kita kuliah dulu.

Uniknya, cara penulisan yang biasanya kalau textbook agak njelimet, ini sangat mudah dimengerti.

Penulisnya, Mas Surya yang cukup aktif di media sosial dan anda bisa membayangkan gaya berbicara mas Surya jika cermat dalam membaca buku ini. Textbook yang biasa terkesan bacaan berat, terasa ringan dan asik untuk membaca halaman demi halamannya. Selain itu, contoh-contoh kasus yang sangat kontekstual alias terjadi disekitar kita, atau bahkan kita alami sendiri dibawakan dengan sangat smooth oleh Mas Surya.

Oke, langsung saja ulasannya. Buku yang berjudul Why Training Fails and What To Do About It ini, ringkasnya membahas 7 Sebab Mengapa Pelatihan Gagal.

Sebelum membahas tentang sebab-sebabnya, penulis mengajak pembaca untuk mendefinisikan ulang tentang apa itu training atau pelatihan, dan bagaimana seharusnya training itu dilaksanakan beserta dampak apa yg seharusnya muncul setelah dilaksanakannya proses pelatihan atau training.

7 Penyebab Kegagalan Pelatihan

1. Training yang diadakan, bukan training yang dibutuhkan

Penyebab pertama ini dikarenakan kurang optimalnya TNA (Training Need Analysis), atau analisis kebutuhan pelatihan. TNA ini bisa dilakukan dengan 3 cara: Observasi, diskusi/tanya jawab dan melihat penilaian kinerja. Harapan dari TNA ini adalah menemukan GAP antara kondisi kinerja dengan kinerja yg diharapkan.

2. Tujuan Training & Desain Training Tidak Pas

Desain training yang pas harusnya sesuai dengan tujuan training atau biasa disebut dengan Learning Objective. Guru menyebutnya dengan tujuan pembelajaran, jika bicara tentang pelatihan tentunya tujuan pelatihan. Learning Objective ini bisa diartikan suatu kondisi yang dicapai Trainee (peserta pelatihan) begitu selesai pelatihan untuk mendukung perubahan behavior/sikap dan kompetensi.

Learning Objective harus disusun secara JELAS. Tentunya, semakin jelas LO-nya maka semakin baik jalannya proses pelatihan dan dampak yang diinginkan tercapai.

Sedangkan pada pembahasan Desain Training paling tidak ada 3 hal yang harus diperhatikan:

1. Peserta pelatihan (trainee)
2. Tahapan pelatihan
3. Metode pelatihan

Ketiga hal ini harus selaras antara satu sama lain. Sebab, seorang trainer harus menyesuaikan metode dan tahapan pelatihannya dengan jenis atau karakter peserta pelatihannya.

3. Training didefinisikan sekedar forum belajar formal

Mas Surya memberikan pemaparan bahwa training bukan hanya di dalam kelas belaka. Namun ada beberapa jenis training atau pelatihan seperti:

a. In Class Training
b. Outdoor Training
c. E-Learning
d. Private Training
e. FGD (Focus Group Discussion)

Jenis training tersebut menyesuaikan dengan kebutuhan lembaga atau trainee.

4. Trainer Tidak Mampu Melaksanakan Petunjuk Teknis di Dalam Desain Training

Antara desain training dan trainernya sendiri perlu chemistry, karena terkadang trainernya tidak ikut terlibat dalam penyusunan desain training. Padahal, chemistry inilah yang membuat sebuah training memukau sekaligus mempunyai dampak yang cukup besar kepada para peserta training.

Selain itu, paling tidak ada 6 peran yang harus dilakukan oleh seorang training di dalam sesi pelatihan yaitu:

a. Observer: Pengamat. mengamati setiap proses dan peserta yang dilatihnya. Termasuk juga dengan lingkungan yang ada di sekitar peserta, dan terutama budaya, tradisi dan hal-hal menarik yang bisa membuat trainer semakin cepat berbaur dengan para pesertanya
b. Fasilitator: Pada dasarnya dalam pembelajaran orang dewasa (andragogi), trainer lebih banyak sebagai penyedia fasilitas, bukan hanya sekedar pusat pembelajaran atau sumber belajar.
c. Role Model: Menjadi panutan dan contoh. Mulai dari kedisiplinan, kerapian, motivasi, antusiasme. Sebelum menuntut peserta seperti itu, trainner harusnya sudah memulainya terlebih dahulu.
d. Instructor: Penginstruksi. Ada kalanya, trainer memberikan instruksi-instruksi verbal ataupun non verbal yang membuat peserta terlibat, aktif dan tetap dalam zona bersemangat.e. Problem Solver: Penyelesai Masalah. Dalam sesi terntentu, beberapa peserta tentu menemukan masalah saat pelatihan atau membawa permasalah yang dialaminya di lembaga. Nah, saat itulah peran sebagai penyedia solusi atas permasalahan peserta diuji. Paling tidak, peserta pelatihan mendapatkan solusi sementara untuk bisa dibawa menjadi bekal saat kembali di lembaga masing-masing.

f. Feedback Provider: Penyedia masukan yang baik. Tidak ada seorangpun yang merasa nyaman jika disalahkan. Semua orang ingin dihargai dan diberi arahan bukan omelan atau tuduhan karena melakukan kesalahan. Tugas trainer adalah memberikan masukan atau umpan balik yang baik untuk perubahan diri lebih baik para peserta pelatihan, bukan malah mendorongnya ke zona ‘kebencian’ karena kesalahan kecil peserta pelatihan tersebut.

Lalu, bagaimana yang ke 5-7? Simak di ulasan berikutnya..

1

Share on:

Leave a Comment